Kesepakatan Kelas Sebagai Upaya Pengembangan Budaya Positif Di Sekolah
Pengembangan Budaya positif di
sekolah dapat menumbuhkan motivasi
instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang tangguh bertanggung jawab
dan berbudi pekerti luhur serta berakhlak mulia dan selalu menciptakan suasana
yang aman dan nyaman tidak hanya bagi para peserta didik tetapi juga untuk
semua warga sekolah baik itu para tenaga kependidikan maupun non kependidikan lainnya. Jika di sekolah yang
sudah memiliki budaya positif dan menerapkannya maka secara otomatis akan
terwujud sekolah yang menjadi dambaan semua
warga sekolah.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka kesepakatan
kelas dibuat berdasarkan keinginan para siswa dengan menerapkan konsep merdeka belajar. Dalam
Penerapan kesepakatan kelas akan mengimbas kecakupan yang lebih luas lagi yaitu
terciptanya sekolah yang memiliki budaya positif. Untuk meyakinkan kesepakatan
kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan praktik baik dan budaya
disiplin positif di kelas tersebut . Hal ini juga dapat membantu proses belajar
mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan, kesepakatan kelas ini juga berisi
beberapa aturan untuk membantu para guru dan siswa bekerja sama membentuk kegiatan belajar
mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru
terhadap peserta didik, tetapi juga harapan peserta didik terhadap guru.
Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan siswa
Sebuah pendekatan yang lebih baik
dengan mengedepankan peran aktif murid sebagai subyek pendidikan sehingga
setiap pendapat murid perlu dihargai adalah satu-satunya dengan kesepakatan
kelas, kesepakatan kelas yang dibuat bersama para siswa yaitu kesepakatan kelas
yang kami terapkan saat pembelajaran praktek Teknik
Komputer dan Jaringan berlangsung, dimulai dari mengenalkan apa itu budaya positif,
praktik baik dan keterkaitannya dengan kesepakatan kelas. Selanjutnya adalah
menanyakan kepada para siswa bagaimana keberadaan dan perasaan mereka saat
mengikuti pembelajaran Praktek Teknik
Komputer dan Jaringan , apakah menyenangkan atau membosankan ? Dari
beberapa pertanyaan tersebut, saya selalu mencoba menggali ide-ide , harapan, dan kekhawatiran dari seluruh siswa untuk
menciptakan kelas sesuai dengan impian dan keinginan mereka dalam melaksanakan
pembelajaran Praktek Teknik
Komputer dan Jaringan dengan
konsep merdeka belajar demi terciptanya profil pelajar Pancasila. Langkah-langkah berikutnya adalah membahas ide-ide , harapan
dan kekhawatiran tersebut untuk di
diskusikan dan diambil salah satu kesepakatan bersama untuk kemudian
mengubahnya menjadi satu keyakinan kelas
yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, cerdas dan ikhlas.
Setelah kesepakatan kelas ini disepakati bersama, terlihat dari segi pancaran
dari para siswa yang lebih bersemangat ,
menyenangkan dan menyimpan banyak harapan. Semoga bisa tercapai semua keinginan
mereka tersebut dalam pembelajaran Praktek
Teknik Komputer dan Jaringan di kelasnya tanpa ada unsur paksaan dan tekanan
Adapun Kesepakatan kelas yang dibuat bersama siswa dalam perjalanan penerapannya disertai dengan
sanksi bagi mereka yang melakukan pelanggaran. Sanksi yang diberikan sudah
dibuat dan disepakati bersama dengan memberlakukan prinsip-prinsip tidak ada yang menyakiti dan tersakiti. Untuk
sanksi yang diberikan dibuat harus sesuai dengan restitusi ( proses menciptakan kondisi bagi para
peserta didik untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga dengan demikian mereka bisa kembali pada
kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat ). Pada proses Restitusi sangat membantu peserta didik menjadi lebih
memiliki tujuan, disiplin positif dan memulihkan dirinya setelah berbuat
kesalahan . Hal ini penekanannya adalah bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidak nyamanan namun pada tujuannya adalah menjadi orang yang lebih
menghargai nilai-nilai kebaikan yang
mereka percayai. Sehingga dengan melalui restitusi ketika peserta didik berbuat
keslahan maka guru harus
selalu menanggapi dengan cara yang memungkinkan peserta didik tersebut
untuk membuat evaluasi dirinya tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk
memperbaiki kesalahan tersebut dan
mendapatkan kembali harga dirinya. Oleh karena itu pola restitusi sangat
diperlukan dalam membangun budaya positif disekolah


















